Pages

Translate

Minggu, 01 Februari 2015

Jati Diri dan Karakter Bangsa

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia telah merdeka selama 69 tahun sejak dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1945 silam. Kemerdekaan Indonesia merupakan masa ketika seluruh kesengsaraan yang dialami oleh masyarakat selama kurang lebih 3.5 abad telah berakhir. Indonesia dijajah oleh negara yang paling berpengaruh yaitu Belanda dan Jepang. Masyarakat tertindas dan teraniaya dengan sangat pedih pada masa itu.
Pada perkembangan zaman yang semakin modern, masyarakat saat ini justru mengalami krisis identitas. Karakter yang mencerminkan bangsa Indonesia lambat laun menjadi terkikis oleh modernisasi. Banyak masyarakat terutama remaja tidak paham mengenai sejarah bangsa beberapa tahun silam. Meningkatnya program-program televisi maupun media cetak seperti sinetron dan idola-idola luar negeri yang tidak jelas yang banyak digemari oleh kaum remaja menunjukkan bahwa remaja Indonesia saat ini sedang mengalami kehilangan jati diri.
Seiring perjalanan waktu bangsa terasa semakin rusak, hura-hura, dan kriminal dimana-mana. Tidak terkecuali untuk kaum remaja juga masuk dalam jajaran masyarakat yang semakin rusak. Mereka meniru hal-hal yang tidak pantas yang mereka lihat dari idola yang mereka kagumi. Berpakaian, berdandan, dan bertingkah seperti apa yang diidolakannya.
Krisis karakter yang dialami bangsa saat ini disebabkan kerusakan individu-individu masyarakat yang terjadi secara kolektif sehingga terbentuk budaya/kebiasaan. Budaya inilah yang telah menginternal dalam sanubari masyarakat Indonesia dan menjadi karakter bangsa (Deni Hardianto, 2010). Masyarakat Indonesia seakan kehilangan prinsip dan tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, konsep Bhineka Tunggal Ika lama-lama ditinggalkan dan mulai luntur dari jiwa generasi sekarang.



BAB II
LANDASAN TEORI
            Jati diri merupakan hal yang menunjukkan atau mencerminkan kepribadian setiap orang, yang menjadi ciri khas sehingga orang lain dapat mengenal dirinya melalui kepribadiannya tersebut. Jati diri ada untuk menunjukkan bahwa setiap individu satu dengan yang lain memiliki identitas sehingga tidak ada individu yang memiliki sifat identik dengan individu lain, tidak terkecuali anak kembar sekalipun. Tanpa jati diri, manusia tidak dapat melangsungkan hidup sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Karakter merupakan hal yang didasarkan pada baik atau buruk sebuah perilaku. Karakter dapat diartikan watak atau sifat. Menurut Wanda Chrisiana, Karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Menurut Quraish Shihab, Karakter merupakan himpunan pengalaman, pendidikan dan lain-lain yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir yang mewujudkan pemikiran, sikap dan perilaku antara lain akhlak mulia dan budi pekerti luhur.
Jati diri bangsa merupakan nilai luhur budaya bangsa yang oleh para pendiri bangsa dirumuskan sebagai Pancasila. Sebagai nilai luhur budaya bangsa, nilai-nilai Pancasila harus teraktualisasikan dan menjiwai perilaku segenap anak bangsa pada kesehariannya dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Jati diri bangsa tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan melalui sebuah proses dan perjuangan yang panjang (Magdalia Alfian, 2013). Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita dirumuskan secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip dan diberi nama Pancasila (Novriagara D.H., 2011).



A.    Studi Kasus
Meningkatnya popularitas budaya popular Korea di dunia internasional banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat IndonesiaAkhir-akhir ini, Indonesia didatangi oleh idola baru yang telah membius remaja-remaja terutama wanita, yaitu artis dan grup boyband Korea bernama Super Junior. Remaja tergila-gila dengan segala yang berkaitan dengan Kpop khususnya Super Junior. Tidak jarang mereka mengoleksi barang atau lagu yang berkaitan dengan idola mereka. Tidak terkecuali juga dengan cara berpakaian dan cara bicara yang idola mereka gunakan.
Super Junior sendiri merupakan salah satu grup boyband yang datangnya dari Korea. Grup ini mulai mendapatkan popularitasnya pada tahun 2010. Selain itu, Super Junior juga memiliki nama untuk para fans-nya yaitu Elf. Remaja Indonesia Elf seakan tidak ingin tahu tentang apa yang akan berdampak apabila terlalu fanatik dengan idolanya. Mereka sibuk dengan urusannya demi memuaskan rasa rindunya kepada artis Kpop yang diidolakan.
Melalui media terutama Internet, remaja yang terbius dengan Kpop mecari-cari informasi tentang Kpop, mengoleksi foto-foto dan videonya. Fans  Kpop  dianggap  selalu  bersikap  berlebihan,  gila,  histeris, obsesif, adiktif, dan konsumtif ketika mereka sangat  gemar menghambur-hamburkan uang untuk membeli merchandise idola maupun mengejar idola hingga ke belahan dunia manapun. Stereotip tersebut  salah  satunya  dapat  dilihat  di  dunia  maya (Pintani Linta T., 2010). Mereka memiliki sarana yang menghubungkan diri mereka dengan Elf  yang lain melalui Fanpage atau Facebook. Saling bertukar gosip yang sedang hangat dibicarakan. Kemudian mereka terkadang senang ketika idola mereka sedang bahagia dan menangis ketika idola mereka tertimpa musibah. Selain itu, para remaja tidak menyukai bahkan membenci seseorang yang secara sengaja atau tidak sengaja mencaci idola mereka.
Remaja Indonesia saat ini seakan terbius oleh kedatangan artis Kpop. Tidak jarang berbagai pihak menggelar konser dengan mendatangkan artis Kpop yang membuat para remaja semakin tergila-gila. Uang jutaan rupiah rela mereka keluarkan demi melihat konser Kpop yang akan segera digelar. Mereka menangis haru dan histeris. Tak peduli  walaupun berdesakan, antri berjam-jam demi mendapatkan tiket menuju konser.

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Kearifan Lokal
Kearifan lokal sering juga disebut sebagai kebijakan setempat, pengetahuan setempat atau kecerdasan setempat. Secara umum kearifan local diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat local dalam menjawab berbagai masalah dalam memenuhi kebutuhan mereka yang meliputi seluruh aspek kehidupan seperti agama, ilmu pengetahuan ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa serta kesenian. Dapat juga berupa tradisi, petatah-petitih atau semboyan hidup (Magdalia Alfian, 2013).
Kearifan lokal merupakan kekayaan budaya masyarakat suku bangsa yang memiliki potensi sebagai pembentuk karakter bangsa. Kearifan lokal di setiap daerah dapat dilihat tata karma, disiplin, kesetiaan dan rasa hormat yang berlaku di daerah tersebut. Selain itu, budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat seseorang.

B.     Dampak Terlalu Fanatik Terhadap Idola
Budaya Korea berkembang begitu pesatnya hingga meluas dan diterima publik dunia, sampai menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea ditingkat global, yang diistilah Korean Wave. Korean Wave adalah sebuah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Pop Korea atau gelombang Korea secara global di berbagai negara di dunia termasuk negara Indonesia, atau secara singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea. Di Indonesia saat ini, fenomena golombang Korea melanda generasi muda terutama remaja Indonesia yang umumnya menyenangi drama atau disebut K-Drama dan Musik Pop korea atau yang lebih dikenal dengan Kpop (Nastiti, dalam Sella Ayu P, 2013).
Fanatisme merupakan fenomena yang sangat penting dalam budaya modern, pemasaran, serta realitas pribadi dan di sosial masyarakat, hal ini karena budaya sekarang sangat berpegaruh besar terhadap individu dan hubungan yang terjadi di diri individu menciptakan suatu keyakinan dan pemahaman berupa hubungan, kesetian, pengabdian, kecintaan, dan sebagainya (Seregina et al, dalam Sella Ayu, 2013). Dampak yang ditimbulkan akibat terlalu fanatik terhadap seorang yang diidolakan adalah:
1.      Mengikuti kebiasaan artis-artis yang diidolakan
2.      Stres dan depresi akibat tidak dapat bertemu langsung dengan sang idola
3.      Kehilangan jati diri, dan sebagainya.

C.    Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa
Dalam kasus yang disebutkan di atas, remaja Indonesia sedang mengalami krisis identitas. Mereka sama sekali tidak tahu apa dan seperti apa seharusnya jati diri bangsa Indonesia karena mereka dibutakan oleh Kpop yang datangnya dari Korea. Untuk itu, jati diri dan karakter remaja perlu dibangun yaitu melalui :
1.      Keluarga
Keluarga menjadi yang paling penting untuk membangun karakter. Keluarga terutama orangtua merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam proses pembangunan karakter, karena seseorang sejak lahir sering kebiasaan orangtua mereka. Sehingga melalui orangtua merupakan awal yang harus dilakukan untuk pembangunan karakter.
2.      Sekolah
Pendidikan menjadi salah satu sarana dalam membangun karakter anak bangsa. Di dalam pendidikan, siswa diajarkan bagaimana bersosialisasi dengan teman. Selain itu, juga diajarkan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mengetahui nilai-nilai luhur bangsa yaitu Pancasila serta mengetahui sejarah kemerdekaan Indonesia.
3.      Lingkungan
Lingkungan juga berpengaruh dalam pembangunan karakter, karena diluar sekolah dan keluarga seseorang akan melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Contohnya melalui komunitas sosial.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jati diri bangsa merupakan nilai-nilai luhur yang wajib dimiliki oleh setiap warga negara yaitu Pancasila. Melalui jati diri, maka pihak asing mengetahui tentang cerminan kepribadian dan ciri khas bangsa Indonesia.
Dalam pembangunan karakter bangsa harus melibatkan berbagai pihak yaitu melalui keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Pembangunan karakter tidak akan berhasil selama ketiga pihak tersebut tidak terjadi kesinambungan yang harmonis.
B.     Saran
Penggemar artis Korea diharapkan tidak terlalu fanatik terhadap seseorang yang menjadi idolanya, karena banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan yang telah penulis rangkum dalam tulisan ini. Hal ini dikhawatirkan, bangsa kehilangan jati dirinya dan lupa akan nilai-nilai luhur bangsa yaitu Pancasila.
Dalam ringkasan ilmiah ini, penulis menyadari bahwa sangat banyak kesalahan yang dapat dijumpai dalam tulisan ini. Tidak ada manusia yang sempurna, karena sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.







DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Magdalia. 2013. Potensi Kearifan Lokal Dalam Pembentukan Jati Diri dan Karakter
Bangsa. Jurnal Ilmu Budaya. Vol.1(7): 424-435.
Chrisiana, Wanda. 2005. Upaya Penerapan Pendidikan Karakter  Bagi Mahasiswa. Jurnal
Teknik Industri. Vol. 7(1): 83-90.
Hardianto, Deni. 2010. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Terpadu. Jurnal
Pendidikan. Vol.1(1): 1-10.
Pertiwi, Sella A. 2013. Konformitas dan Fanatisme Pada Remaja  Korean Wave (Penelitian
pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF “Ever Lasting Friend”) di Samarinda.

Jurnal Psikologi.Vol. 1(2): 157-166.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About