Minggu, 15 Februari 2015
sedikit Tips Saat akan tampil dalam festival banjari
Lalu, mengapa Festival Banjari
diadakan? Bukankah sering keluar lontaran kata-kata yang tak berkenan dari
penonton untuk menggoda grup lain yang sedang tampil? Bukankah banyak juri-juri
yang tidak adil yang penilaiannya memihak pada satu grup? Dan pertanyaan
lainnya. Nah, pertanyaan ini selalu muncul dikalangan para pencinta Banjari.
Jawabannya, iya, Banjari perlu diadakan sebuah Festival. Selain untuk
melestarikan musik Tradisional Banjari juga untuk mencapai tujuan
“Memasyarakatkan Sholawat dan Mensholawatkan Masyarakat.” Buktinya ada pada
saya, semenjak saya kenal musik Banjari, setiap hari saya selalu
Menurut saya, Jamiyah Sholawat
Banjari yang sedang ngetren pada saat ini adalah Syauqul Habib, Muhasabatul Qolbi,
Mambaul Ma’arif, Zalzalah, IQSAS Al-Mukhtar, Alamaak, Assyubbani,
Yang tidak kalah pentingnya pada
saat Festival Banjari adalah mengenai persiapan masing-masing grup sampai saat
tampil. Berikut ini saya berikan tips pada saat tampil.
- Sebelum
tampil jangan kebanyakan makan dan minum karena dikhawatirkan menjadi
kekenyangan. Cukup satu teguk saja ketika hendak tampil.-Sebelum
tampil jangan kebanyakan jalan-jalan. Itu membuat stamina berkurang yang
berdampak pada keutuhan suara.
-Sebelum
tampil jangan kebanyakan jalan-jalan. Itu membuat stamina berkurang yang
berdampak pada keutuhan pukulan.
Senin, 02 Februari 2015
Lirik Ana Al 'Abdu Versi Zalzalah UIN Malang
Assalamualaikum....
kalau ada yang tanya lagu Ana Al 'abdu versinya zalzalah UIN Malang. ini saya share..
Minggu, 01 Februari 2015
Jati Diri dan Karakter Bangsa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
telah merdeka selama 69 tahun sejak dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan
oleh Ir. Soekarno pada tahun 1945 silam. Kemerdekaan Indonesia merupakan masa
ketika seluruh kesengsaraan yang dialami oleh masyarakat selama kurang lebih
3.5 abad telah berakhir. Indonesia dijajah oleh negara yang paling berpengaruh
yaitu Belanda dan Jepang. Masyarakat tertindas dan teraniaya dengan sangat
pedih pada masa itu.
Pada
perkembangan zaman yang semakin modern, masyarakat saat ini justru mengalami
krisis identitas. Karakter yang mencerminkan bangsa Indonesia lambat laun
menjadi terkikis oleh modernisasi. Banyak masyarakat terutama remaja tidak
paham mengenai sejarah bangsa beberapa tahun silam. Meningkatnya
program-program televisi maupun media cetak seperti sinetron dan idola-idola
luar negeri yang tidak jelas yang banyak digemari oleh kaum remaja menunjukkan
bahwa remaja Indonesia saat ini sedang mengalami kehilangan jati diri.
Seiring
perjalanan waktu bangsa terasa semakin rusak, hura-hura, dan kriminal
dimana-mana. Tidak terkecuali untuk kaum remaja juga masuk dalam jajaran
masyarakat yang semakin rusak. Mereka meniru hal-hal yang tidak pantas yang
mereka lihat dari idola yang mereka kagumi. Berpakaian, berdandan, dan
bertingkah seperti apa yang diidolakannya.
Krisis
karakter yang dialami bangsa saat ini disebabkan kerusakan individu-individu masyarakat
yang terjadi secara kolektif sehingga terbentuk budaya/kebiasaan. Budaya inilah
yang telah menginternal dalam sanubari masyarakat Indonesia dan menjadi
karakter bangsa (Deni Hardianto, 2010). Masyarakat Indonesia seakan kehilangan
prinsip dan tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, konsep Bhineka
Tunggal Ika lama-lama ditinggalkan dan mulai luntur dari jiwa generasi
sekarang.
BAB II
LANDASAN TEORI
Jati diri merupakan hal yang
menunjukkan atau mencerminkan kepribadian setiap orang, yang menjadi ciri khas
sehingga orang lain dapat mengenal dirinya melalui kepribadiannya tersebut.
Jati diri ada untuk menunjukkan bahwa setiap individu satu dengan yang lain
memiliki identitas sehingga tidak ada individu yang memiliki sifat identik
dengan individu lain, tidak terkecuali anak kembar sekalipun. Tanpa jati diri,
manusia tidak dapat melangsungkan hidup sebagai makhluk sosial yang
berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Karakter merupakan hal
yang didasarkan pada baik atau buruk sebuah perilaku. Karakter dapat diartikan
watak atau sifat. Menurut Wanda Chrisiana, Karakter seorang individu terbentuk
sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Proses
pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara
individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam
perilakunya sehari-hari. Menurut Quraish Shihab, Karakter merupakan himpunan pengalaman,
pendidikan dan lain-lain yang menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai
alat ukir yang mewujudkan pemikiran, sikap dan perilaku antara lain akhlak
mulia dan budi pekerti luhur.
Jati diri bangsa merupakan nilai luhur budaya bangsa yang
oleh para pendiri bangsa dirumuskan sebagai Pancasila. Sebagai nilai luhur
budaya bangsa, nilai-nilai Pancasila harus teraktualisasikan dan menjiwai
perilaku segenap anak bangsa pada kesehariannya dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Jati diri bangsa tidak terbentuk dengan sendirinya,
melainkan melalui sebuah proses dan perjuangan yang panjang (Magdalia Alfian,
2013). Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa
yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup
serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa
yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita dirumuskan
secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip dan diberi nama
Pancasila (Novriagara D.H., 2011).
A.
Studi
Kasus
Meningkatnya
popularitas budaya popular Korea di dunia internasional banyak mempengaruhi
kehidupan masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat IndonesiaAkhir-akhir ini,
Indonesia didatangi oleh idola baru yang telah membius remaja-remaja terutama
wanita, yaitu artis dan grup boyband Korea bernama Super Junior. Remaja
tergila-gila dengan segala yang berkaitan dengan Kpop khususnya Super Junior.
Tidak jarang mereka mengoleksi barang atau lagu yang berkaitan dengan idola
mereka. Tidak terkecuali juga dengan cara berpakaian dan cara bicara yang idola
mereka gunakan.
Super
Junior sendiri merupakan salah satu grup boyband yang datangnya dari Korea.
Grup ini mulai mendapatkan popularitasnya pada tahun 2010. Selain itu, Super
Junior juga memiliki nama untuk para fans-nya yaitu Elf. Remaja Indonesia Elf
seakan tidak ingin tahu tentang apa yang akan berdampak apabila terlalu fanatik
dengan idolanya. Mereka sibuk dengan urusannya demi memuaskan rasa rindunya
kepada artis Kpop yang diidolakan.
Melalui
media terutama Internet, remaja yang terbius dengan Kpop mecari-cari informasi
tentang Kpop, mengoleksi foto-foto dan videonya. Fans Kpop
dianggap selalu bersikap
berlebihan, gila, histeris, obsesif, adiktif, dan konsumtif
ketika mereka sangat gemar
menghambur-hamburkan uang untuk membeli merchandise
idola maupun mengejar idola hingga ke belahan dunia manapun. Stereotip tersebut salah
satunya dapat dilihat
di dunia maya (Pintani Linta T., 2010). Mereka
memiliki sarana yang menghubungkan diri mereka dengan Elf yang lain melalui Fanpage atau Facebook. Saling bertukar gosip yang sedang hangat dibicarakan.
Kemudian mereka terkadang senang ketika idola mereka sedang bahagia dan
menangis ketika idola mereka tertimpa musibah. Selain itu, para remaja tidak
menyukai bahkan membenci seseorang yang secara sengaja atau tidak sengaja
mencaci idola mereka.
Remaja
Indonesia saat ini seakan terbius oleh kedatangan artis Kpop. Tidak jarang
berbagai pihak menggelar konser dengan mendatangkan artis Kpop yang membuat
para remaja semakin tergila-gila. Uang jutaan rupiah rela mereka keluarkan demi
melihat konser Kpop yang akan segera digelar. Mereka menangis haru dan
histeris. Tak peduli walaupun
berdesakan, antri berjam-jam demi mendapatkan tiket menuju konser.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Kearifan
Lokal
Kearifan
lokal sering juga disebut sebagai kebijakan setempat, pengetahuan setempat atau
kecerdasan setempat. Secara umum kearifan local diartikan sebagai pandangan
hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas
yang dilakukan oleh masyarakat local dalam menjawab berbagai masalah dalam
memenuhi kebutuhan mereka yang meliputi seluruh aspek kehidupan seperti agama,
ilmu pengetahuan ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa serta kesenian.
Dapat juga berupa tradisi, petatah-petitih atau semboyan hidup (Magdalia
Alfian, 2013).
Kearifan
lokal merupakan kekayaan budaya masyarakat suku bangsa yang memiliki potensi
sebagai pembentuk karakter bangsa. Kearifan lokal di setiap daerah dapat
dilihat tata karma, disiplin, kesetiaan dan rasa hormat yang berlaku di daerah
tersebut. Selain itu, budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran
martabat seseorang.
B.
Dampak
Terlalu Fanatik Terhadap Idola
Budaya
Korea berkembang begitu pesatnya hingga meluas dan diterima publik dunia,
sampai menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea ditingkat global, yang
diistilah Korean Wave. Korean Wave adalah sebuah istilah yang
diberikan untuk tersebarnya budaya Pop Korea atau gelombang Korea secara global
di berbagai negara di dunia termasuk negara Indonesia, atau secara singkat
mengacu pada globalisasi budaya Korea. Di Indonesia saat ini, fenomena
golombang Korea melanda generasi muda terutama remaja Indonesia yang umumnya
menyenangi drama atau disebut K-Drama dan Musik Pop korea atau yang lebih
dikenal dengan Kpop (Nastiti, dalam Sella Ayu P, 2013).
Fanatisme
merupakan fenomena yang sangat penting dalam budaya modern, pemasaran, serta
realitas pribadi dan di sosial masyarakat, hal ini karena budaya sekarang
sangat berpegaruh besar terhadap individu dan hubungan yang terjadi di diri
individu menciptakan suatu keyakinan dan pemahaman berupa hubungan, kesetian,
pengabdian, kecintaan, dan sebagainya (Seregina et al, dalam Sella Ayu, 2013). Dampak yang ditimbulkan akibat
terlalu fanatik terhadap seorang yang diidolakan adalah:
1. Mengikuti
kebiasaan artis-artis yang diidolakan
2. Stres
dan depresi akibat tidak dapat bertemu langsung dengan sang idola
3. Kehilangan
jati diri, dan sebagainya.
C.
Membangun
Jati Diri dan Karakter Bangsa
Dalam
kasus yang disebutkan di atas, remaja Indonesia sedang mengalami krisis identitas.
Mereka sama sekali tidak tahu apa dan seperti apa seharusnya jati diri bangsa
Indonesia karena mereka dibutakan oleh Kpop yang datangnya dari Korea. Untuk
itu, jati diri dan karakter remaja perlu dibangun yaitu melalui :
1. Keluarga
Keluarga
menjadi yang paling penting untuk membangun karakter. Keluarga terutama
orangtua merupakan pihak yang paling berpengaruh dalam proses pembangunan
karakter, karena seseorang sejak lahir sering kebiasaan orangtua mereka.
Sehingga melalui orangtua merupakan awal yang harus dilakukan untuk pembangunan
karakter.
2. Sekolah
Pendidikan
menjadi salah satu sarana dalam membangun karakter anak bangsa. Di dalam
pendidikan, siswa diajarkan bagaimana bersosialisasi dengan teman. Selain itu,
juga diajarkan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mengetahui nilai-nilai
luhur bangsa yaitu Pancasila serta mengetahui sejarah kemerdekaan Indonesia.
3. Lingkungan
Lingkungan
juga berpengaruh dalam pembangunan karakter, karena diluar sekolah dan keluarga
seseorang akan melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Contohnya
melalui komunitas sosial.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jati
diri bangsa merupakan nilai-nilai luhur yang wajib dimiliki oleh setiap warga
negara yaitu Pancasila. Melalui jati diri, maka pihak asing mengetahui tentang cerminan
kepribadian dan ciri khas bangsa Indonesia.
Dalam
pembangunan karakter bangsa harus melibatkan berbagai pihak yaitu melalui
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Pembangunan karakter tidak akan
berhasil selama ketiga pihak tersebut tidak terjadi kesinambungan yang
harmonis.
B. Saran
Penggemar artis Korea diharapkan tidak terlalu
fanatik terhadap seseorang yang menjadi idolanya, karena banyak dampak negatif
yang dapat ditimbulkan yang telah penulis rangkum dalam tulisan ini. Hal ini
dikhawatirkan, bangsa kehilangan jati dirinya dan lupa akan nilai-nilai luhur
bangsa yaitu Pancasila.
Dalam ringkasan ilmiah ini, penulis menyadari bahwa
sangat banyak kesalahan yang dapat dijumpai dalam tulisan ini. Tidak ada
manusia yang sempurna, karena sejatinya kesempurnaan hanyalah milik Allah
semata.
DAFTAR
PUSTAKA
Alfian, Magdalia. 2013.
Potensi Kearifan Lokal Dalam Pembentukan
Jati Diri dan Karakter
Bangsa.
Jurnal Ilmu Budaya. Vol.1(7): 424-435.
Chrisiana, Wanda. 2005.
Upaya Penerapan Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Jurnal
Teknik
Industri. Vol. 7(1): 83-90.
Hardianto, Deni. 2010. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan
Terpadu. Jurnal
Pendidikan. Vol.1(1): 1-10.
Pertiwi, Sella A. 2013.
Konformitas dan Fanatisme Pada
Remaja Korean Wave (Penelitian
pada Komunitas Super Junior Fans
Club ELF “Ever Lasting Friend”) di Samarinda.
Jurnal Psikologi.Vol. 1(2): 157-166.
Dinamika Kelompok Matakuliah Sosiologi Pedesaan
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial dan saling bergantung terhadap setiap individu. Manusia
tidak pernah terlepas dari proses interaksi sosial untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Karena, pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian. Bahkan
sampai manusia tersebut meninggal dunia, dia tetap membutuhkan individu lainnya
untuk membantu dalam proses pemakamannya.
Salah
satu wadah bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam mencapai
kesejahteraan adalah melalui kelompok. Di dalam kelompok, setiap individu akan
menemukan tujuan dari kelompok tersebut. Individu dapat menyampaikan setiap
aspirasinya yang kemudian akan didiskusikan oleh kelompok tersebut.
Manusia
membutuhkan kelompok karena pada dasarnya manusia menemukan kedewasaannya di
dalam sebuah kelompok. Manusia menghabiskan hidupnya di dalam sebuah kelompok.
Terbukti bahwa segala aktivitas, pekerjaan dan kegiatan sehari-hari tidak pernah
luput dari peran kelompok.
Di
dalam sebuah kelompok, seringkali terjadi perubahan dan pergerakan. Perubahan
ini sering ditandai oleh beberapa faktor yang akan diulas pada ringkasan ilmiah
ini. Menurut Rasyid Kalu (2008), Perubahan
dan perkembangan dalam suatu kelompok terjadi akibat
proses formasi ataupun reformasi dari
pola-pola di dalam kelompok tersebut
serta adanya pengaruh dari luar.
Apabila salah satu unsur dari sebuah
organ mengalami gangguan atau
perubahan, maka akan membawa perubahan pada
unsur-unsur lainnya. Sehingga
berakibat terjadinya perubahan pada sistem atau kelompok secara
keseluruhan.
A. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat penulis simpulkan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses dan dinamika kelompok?
2. Bagaimana pentingnya dinamika kelompok?
3. Apakah faktor pendorong terjadinya
dinamika kelompok?
B. Tujuan
Tujuan
yang hendak dicapai dalam ringkasan ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses dan dinamika
kelompok.
2. Untuk mengetahui pentingnya dinamika
kelompok.
3. Untuk mengetahui faktor pendorong
terjadinya dinamika kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dinamika Kelompok
Dinamika
dapat diartikan sebagai keadaan yang selalu berubah-ubah. Sedangkan kelompok adalah
sekumpulan orang yang memiliki tujuan dan kepentingan bersama. Dinamika kelompok
adalah suatu keadaan ketika sebuah kelompok mengalami pergerakan, perkembangan dan
proses adaptasi terhadap keadaan yang selalu berubah.
Kelompok
mengalami dinamika karena kelompok bersifat dinamis. Kelompok selalu berubah dan
tidak statis. Ada kelompok yang perubahannya cepat dan ada juga dengan perubahan
yang lambat.
Dinamika kelompok
merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam kelompok atau
ilmu yang mempelajari tenaga-tenaga yang bekerja dalam kelompok, mencari penyebabnya,
dan apa akibatnya terhadap individu maupun kelompok. (Andi Mascunra A, 2009). Dinamika
kelompok, dalam pengertian ini, merupakan cabang dari pengetahuan atau
spesialisasi intelektual. Peduli dengan perilaku manusia dan hubungan sosial,
dapat berada dalam ilmu-ilmu sosial. Namun hal itu tidak dapat diidentifikasi
dengan mudah sebagai sub bagian dari salah satu disiplin ilmu tradisional. (Dorwin Cartwright, et al.2000)
B. Proses Pembentukan
dan Dinamika
Kelompok
Proses pembentukan kelompok ini dimulai dari persepsi atau perasaan yang sama pada tiap-tiap individu. Kemudian timbul sebuah motivasi
dengan melakukan pendekatan untuk mencapai tujuan melalui interaksi antar
individu. Dari interaksi inilah akan terbentuk sebuah kelompok. Di dalam sebuah
kelompok selalu ada konflik yang menyebabkan perpecahan. Namun setiap individu
telah menyadari bahwa tujuan kelompok lebih penting. Maka terjadi sebuah
penyesuaian yang kemudian terjadi sebuah perubahan dalam kelompok.
Dikarenakan pada kodratnya keragaman bangsa Indonesia ini
merupakan potensi kekompakan dan berpotensi kerja sama berasaskan kekompakan
maka strategi pembentukan tim dalam suatu organisasi itu sudah sesuai (Hadipranata,
1995). Masyarakat di Indonesia adalah masyarakat yang berkelompok seperti
halnya masyarakat timur pada umumnya. Oleh karena itu pendekatan yang paling
efektif adalah pendekatan komunal dan bukan individual, pendekatan
grup/kelompok, dan bukan individu pribadi (Hadipranata, 1995).
Sumber :Winamart.
Skema di atas menunjukkan tentang bagaimana sebuah kelompok terbentuk dan bagaimana siklus yang terjadi dalam sebuah kelompok. Setiap perpecahan pasti ada penyesuaian, karena jika tidak terjadi penyesuaian maka dapat dikatakan bahwa dalam kelompok tersebut tidak ada lagi keserasian, perbedaan pendapat dan tidak tercipta kekompakan akibat perbedaan pola hidup. Akhirnya terjadi pembubaran kelompok yang disebut
Disolusi.
Menurut Unang Yunasaf, dkk (2008), Dinamika
kelompok ini diukur dengan cara mengetahui jumlah skor dari tujuh komponen
indikatornya, yang meliputi: (1) kepemimpinan ketua kelompok, (2) tujuan
kelompok, (3) struktur kelompok,(4) fungsi tugas kelompok, (5) pembinaan dan pemeliharaan
kelompok, (6) kekompakan kelompok, dan (7) suasana kelompok, (8) tekanan
kelompok, dan (9) efektivitas kelompok.
Di dalam dinamika
kelompok, mungkin terjadi antagonisme antar kelompok. Apabila terjadi peristiwa
tersebut, secara hipotesis prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Bila dua kelompok bersaing, maka akan
timbul stereotip.
2. Kontak antara kedua
kelompok yang
bermusuhan tidak akan mengurangi sikap
tindak bermusuhan tersebut.
3. Tujuan yang
harus dicapai dengan
kerjasama akan dapat
menetralkan sikap tindak
bermusuhan.
4.
Di dalam kerja sama
mencapai tujuan. Stereotip yang semula negatif menjadi positif. (Soerjono
Soekanto, 2012:147-148)
C.
Pentingnya Dinamika
Kelompok
Manusia
adalah makhluk yang bermasyarakat, ia akan selalu membutuhkan dan dibutuhkan oleh
sesamanya. Dalam suatu kehidupan, manusia membentuk suatu kelompok tertentu
yang merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dan unik sifatnya. Sebagai
suatu sistem, masyarakat terdiri dari sub-sub sistem yang saling interaktif.
Setiap sub sistem dengan peranannya dapat dipandang mutlak adanya, oleh karena
hakikat kesatuan itu sesungguhnya merupakan sesuatu yang terpecah-pecah dan
terbagi-bagi, namun keberadaannya saling mengokohkan satu sama lain. (Utang
Suwaryo, 2010).
Suatu
kelompok juga dapat meningkatkan kepercayaan diri sesama individu di dalam
kelompok. Menurut Rita Sinthia, Kepercayaan
diri sebagai bagian dari penerimaan sosial, seseorang yang memiliki kepercayaan
diri akan lebih yakin untuk melakukan sesuatu atau masuk dalam suatu
lingkungan, walaupun lingkungan tersebut baru sama sekali.
Setiap kelompok pasti mengalami perubahan, dari yang
buruk menjadi baik, pasif menjadi aktif, atau apatis menjadi peduli. Bahkan
kelompok dapat berubah sebaliknya.
Alasan bahwa dinamika kelompok sangatlah penting, karena:
1. Kelompok tidak akan berkembang ketika
tidak terjadi perubahan.
2. Individu dalam kelompok cenderung
menjadi pasif dan terbelakang apabila tidak terjadi sebuah kedinamisan.
3. Akan timbul ketidak pedulian terhadap
sesama individu di dalam kelompok, dikarenakan keadaan kelompok yang statis.
4. Kelompok yang statis akan menyebabkan
kebosanan sesama individu di dalam kelompok tersebut.
5. Dinamika kelompok merupakan sesuatu hal
yang lumrah terjadi pada setiap kelompok, karena tidak selamanya suatu kelompok
berada pada keadaan harmonis dan disharmonis.
D. Faktor Pendorong
Dinamika Kelompok
Di dalam sebuah kelompok terdapat beberapa faktor
pendorong dari dalam maupun dari luar sebagai bentuk dari dinamika kelompok
tersebut. Faktor-faktor pendorong dinamika kelompok adalah sebagai berikut:
1.
Faktor pendorong dari luar
·
Perubahan situasi sosial
Perubahan
sosial merupakan proses perkembangan unsur sosio, budaya dari waktu ke waktu
yang membawa perbedaan yang berarti dalam struktur dan fungsi masyarakat dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya. Hal ini terjadi sebagai akibat dari suatu perubahan
yang datang, baik dari kemajuan berpikir manusia maupun dari perubahan
lingkungan dan teknologi. (Utang Suwaryo, 2010). Misalnya perubahan norma yang
mengakibatkan sebuah kelompok harus melakukan penyesuaian diri.
·
Perubahan situasi ekonomi
Berubahnya
suatu kondisi suatu masyarakat atau kelompok dalam hal ekonomi seperti harga
sembako yang fluktuatif.
·
Perubahan situasi politik
Berubahnya
suatu kondisi suatu masyarakat atau kelompok dalam hal politik seperti
pergantian ketua RT. Menurut Soekanto, Ada pula kelompok-kelompok sosial yang
mengalami kegoncangan-kegoncangan apabila ditinggalkan salah seorang
anggotanya, apalagi kalau anggota yang bersangkutan mempunyai kedudukan
penting, misalnya dalam suatu keluarga.
2.
Faktor pendorong dari dalam
·
Adanya konflik antar individu dalam kelompok
Konflik
adalah bentuk sosialisasi dalam masyarakat dengan asumsi bahwa tidak ada
kelompok yang selalu dalam keadaan harmoni dan disharmoni, atau selalu terdapat
faktor-faktor postif dan negative yang membangun relasi kelompok. Pada derajat
tertentu konflik sangat esensial dalam membentuk kelompok dan mempertahankan
eksistensi kelompok. (Astrid S dan Sunarto, 1998).
·
Adanya
perbedaan kepentingan
Dalam
kasus ini, individu dalam suatu kelompok bisa jadi melupakan tujuan utama dari
kelompok tersebut. Kondisi yang seperti ini dapat mengakibatkan salah satu
anggota kelompok yang berbeda kepentingan berusaha untuk memisahkan diri dan
membuat kedudukan kelompok menjadi terancam.
·
Adanya
perbedaan paham
Perbedaan
paham sangat rawan dan dapat mempengaruhi kelompok secara keseluruhan. Misalnya
perbedaan paham tentang agama yang dianut oleh masing-masing individu.
Terdapat faktor social loafing
(yaitu berkurangnya usaha individu dalam kelompok untuk mencapai tujuan
kelompok), respon dominan tanpa dikritisi, free riding (yaitu berkurangnya
usaha individu dalam menyelesikan tugas kelompok karena individu itu tahu bahwa
anggota kelompok lain akan menggantikannya mengerjakan tugas), hilangnya
motivasi akibat perasaan tidak adil dalam kelompok, groupthink (yaitu
kecenderungan setiap anggota untuk menyetujui hasil keputusan padahal keputusan
cenderung tidak efektif), dan lain-lain. (Diah Nurayu K dkk, 2013)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelompok
merupakan sarana untuk seluruh manusia dalam mengembangkan pola pikir, hidup
dan sebagainya. Kelompok juga sebagai sarana bagi manusia untuk bersosialisasi
dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Akan tetapi, di dalam sebuah
kelompok juga terdapat perubahan-perubahan sebagai proses untuk menuju ke arah
yang lebih baik. Perubahan inilah yang disebut dengan Dinamika kelompok. Karena
pada dasarnya, kelompok sosial merupakan kelompok yang dinamis yang selalu
berkembang, dan bukan statis.
B. Saran
Kelompok sangat penting demi kelangsungan hidup
manusia, karena tanpa kelompok mustahil manusia dapat bertahan hidup. Dalam
ringkasan ilmiah ini, saya menyadari bahwa sangat banyak kesalahan yang dapat
dijumpai dalam tulisan ini. Tidak ada manusia yang sempurna, karena sejatinya
kesempurnaan hanyalah milik Allah semata.
DAFTAR PUSTAKA
Amir,
Andi M. 2009. Penerapan Dinamika Kelompok.
Jurnal Academica. Vol.1
(1):
120-130.
Bachroni,
M. 2011. Pelatihan Pembentukan Tim untuk Meningkatkan
Kohesivitas Tim pada Kopertis V Yogyakarta. Jurnal Psikologi. Vol.38(1):
40-51.
Cartwright, Dorwin., Zande, Alvin.
2000. Origins of
Group Dynamics.
A Research and Applications Journal.
Vol.3(2):40-55.
Kalu,
Abdul R. 2008. Dinamika Kelompok Tani
Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan
Lahan
Di Desa Bulue Kabupaten Soppeng. Jurnal Hutan dan
Masyarakat.
Vol.3(1): 55-64.
Kusumawardani,
Diah N. dkk. 2013. Pengaruh Group Size Terhadap
Pengambilan Keputusan Kelompok. Humanitas. Vol.10 (2): 87-100.
Shintia,
Rita. 2011. Hubungan Antara Penerimaan
Sosial Kelompok Kelas
Dengan
Kepercayaan Diri Pada Siswa Kelas I SLTP XXX Jakarta.
Jurnal
Kependidikan Triadik. Vol.14(1): 37-44.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto, Astrid S. dkk. 1998. Masyarakat Indonesia Memasuki Abad Ke
Duapuluh Satu.
Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Suwaryo, Utang. 2010. Perubahan Sosial Dan Dinamika Pemerintahan.
Governance.
Vol.1(1): 21-31.
Yunasaf, Unang. 2008. Peran Kelompok Peternak Dalam Mengembangkan
Keberdayaan Peternak Sapi Perah. Jurnal Penyuluhan. Vol.4(2): 109-115.
Langganan:
Postingan (Atom)